Kekuatan Tekad

Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya yang terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairi Anwar)

“Sesungguhnya Kami telah membuat janji dengan Adam sebelumnya, tetapi ia lupa, dan Kami tidak menemukan ada tekad dirinya.”
(QS. Thaha : 115)
Inti Gagasan

Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.

Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, Bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.

Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di seluruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.

KEKUATAN TEKAD

1. Energi Jiwa

Tekad adalah energi jiwa yang memberikan tenaga dan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Pikiran menciptakan ruang bagi tindakan yang mungkin kita lakukan, dan karenanya ia merupakan akar dari semua tindakan, perilaku, dan kebiasaan kita. Namun, tekad memberikan kita dorongan dan tenaga untuk melakukannya. Pikiran memberikan kita arah, tetapi tekad mendorong kita untuk melangkah. Pikiran menerangi jalan kehidupan kita, tetapi tekadlah yang meringankan kaki kita menjalaninya.

Kepribadian kita seperti sebuah kerajaan. Pikiran adalah orang-orang bijak yang memberikan nasihat bagaimana seharusnya kerajaan dikelola. Akan tetapi, tekad adalah sang raja yang memerintah dalam diri kita. Dialah yang menentukan pilihan atas nasihat-nasihat itu; dialah yang memutuskan mana di antara nasihat-nasihat itu yang harus dilaksanakan. Adapun tubuh adalah rakyat dan pasukan yang melaksanakan perintah sang raja. Jika sang raja mempunyai kekuatan dan wibawa, maka rakyat dan pasukan akan tunduk kepadanya, dan nasihat-nasihat yang bijak itu dapat menjelma menjadi kenyataan.

Tekad merangsang dan mendorong tubuh kita untuk bergerak melakukan perintah-perintahnya. Tekad yang besar akan memberikan perintah yang banyak kepada tubuh dan membuatnya lelah bekerja. Tekad mempunyai kemampuan memaksa tubuh bekerja melampaui kemampuannya yang tampak secara kasat mata. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah tubuh kita beradaptasi dengan perintah-perintah tekad.

Inilah yang menjelaskan semua rahasia di balik keajaiban yang sering kita saksikan dalam kehidupan nyata. Pernahkah Anda menyaksikan bagaimana orang buta menjadi ulama? Atau bagaimana sebuah pasukan kecil dapat mengalahkan sebuah pasukan besar? Atau bagaimana seorang anak miskin menjadi konglomerat? Atau bagaimana seorang mahasiswa drop out menjadi seorang cendekiawan atau seorang penemu? Atau bagaimana seseorang yang lumpuh dapat sembuh dan berjalan normal kembali? Keajaiban-keajaiban itu selalu dapat dijelaskan dengan baik oleh kekuatan tekad.

Tekad merupakan indikator keberdayaan dan kekuatan kepribadian. Tekad menjelaskan keutuhan pribadi seseorang. Bahwasanya di antara pikiran dan tindakan seseorang tidak ada jarak sama sekali; bahwasanya di antara pikiran dan tindakan seseorang tidak ada rintangan yang dapat menghalangi. Tekad ibarat jalan tol yang memberikan keleluasaan bagi pikirannya untuk menjelma menjadi tindakan nyata dalam waktu yang sangat cepat.

2. Daya Sembuh

Lebih dari itu, tekad bahkan dapat melawan berbagai macam penyakit dalam tubuh kita. Penelitian-penelitian mutakhir dalam bidang kedokteran bahkan menunjukkan lebih dari 50% sebab kesembuhan sesungguhnya bersumber dari tekad yang kuat untuk sembuh.

Penjelasannya adalah sebagai berikut. Tanamkanlah dalam diri Anda sebuah keyakinan yang kuat bahwa penyakit yang sedang Anda derita dapat Anda sembuhkan sendiri. Kembangkanlah keyakinan itu dalam jiwa Anda secara terus menerus. Jangan pernah memikirkan penyakit itu, tetapi fokuskanlah pikiran Anda pada semua manfaat yang Anda peroleh setelah sembuh. Pikirkanlah kesembuhan Anda secara terus menerus, jangan pernah menyerah pada tekanan penyakit Anda, dan jangan pernah tergoda oleh dorongan untuk pasrah, kalah, dan tidak peduli. Secara perlahan, bangunlah semangat yang kuat untuk melawan penyakit itu, keyakinan yang mutlak bahwa Anda dapat mengalahkannya, dan kepercayaan bahwa takdir akan berpihak kepada kesembuhan Anda. Maka, niscaya Anda akan menyaksikan tubuh Anda secara perlahan beradaptasi dengan mengikuti perintah dari tekad Anda. Tekad kesembuhan adalah kesembuhan itu sendiri.

Khalid bin Walid bahkan pernah dengan sengaja memakan racun untuk sekadar menunjukkan kepada musuh yang berniat membunuhnya dengan racun. Ternyata tekadnya untuk menang melawan racun tersebut tidak terkalahkan. Jika racun saja tidak dapat membunuhnya, maka apalagi musuh-musuhnya. Setelah kejadian itu, musuh-musuhnya menyerah tanpa peperangan.

3. Faktor Kesuksesan

Kesuksesan besar yang diraih seseorang dalam hidupnya adalah gabungan dari kesuksesan kecil yang ia raih sebelumnya, satu persatu. Kesuksesan besar selalu diraih setelah seseorang melalui suatu rentang waktu yang lama, perjuangan yang panjang dan berliku, dan sudah pasti sangat melelahkan.

Dalam rentang waktu yang lama tersebut, seseorang hanya dapat meraih sukses besar apabila ia dapat mengalahkan kelelahan dan godaan jiwanya untuk mundur dari perjuangan. Dari sanalah kita menemukan bahwa sesungguhnya faktor- faktor utama yang menentukan kesuksesan seseorang tidak saja bersumber pada kecerdasannya, tetapi terutama ditentukan oleh sifat-sifat jiwanya, yaitu kesabaran, keuletan, dan ketekunan.

Orang-orang cerdas yang gagal dalam hidup, atau tidak mencapai prestasi puncak dalam hidupnya, pada umumnya disebabkan karena kecerdasan mereka tidak didukung oleh sifat-sifat jiwa tersebut; kesabaran, keuletan, dan ketekunan.

Manajemen moderen boleh saja menggantikan kata ”bekerja keras” dengan kata ”bekerja cerdas” dalam kamus kesuksesan, tetapi mereka tidak dapat menafikan unsur "waktu" sebagai proses yang menguji ”daya tahan” seseorang dalam pendakiannya menuju puncak kesuksesan. Waktu merupakan variabel tetap yang menguji kekuatan mental seseorang. Perjalanan menuju puncak kesuksesan merupakan pendakian jiwa yang sangat melelahkan. Hanya mereka yang sabar, ulet, dan tekun yang dapat bertahan untuk tetap mendaki menuju puncak kesuksesan.

Dari manakah sifat-sifat jiwa itu terbentuk? Jawabannya adalah dari tekad. Jadi, kesabaran, keuletan, dan ketekunan adalah buah dari tekad yang kuat.

4. Sumber Pengaruh

Cobalah amati orang-orang yang berpengaruh dalam sejarah, atau dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita. Anda akan menemukan bahwa pengaruh mereka sesungguhnya bersumber dari kekuatan tekad mereka. Jika Anda dapat dipengaruhi oleh seseorang di sekitar Anda, maka cobalah periksa sebab-sebab mengapa orang itu dapat mempengaruhi Anda. Atau cobalah tanya diri Anda, mengapa Anda cenderung mengikuti kata-kata atau perintah orang itu? Mengapa orang itu bisa mengatur Anda? Jawabannya adalah karena mereka mempunyai tekad yang kuat.

Kepercayaan kita kepada orang lain, siapa pun orang itu, ditentukan oleh seberapa jauh konsistensi orang tersebut dalam melakukan semua yang ia pikirkan, atau semua yang ia katakan. Kita akan menyimpan rasa hormat atau respek pada orang-orang yang melakukan semua yang ia pikirkan atau semua yang ia katakan. Sebab, kita akan menganggap orang itu kuat. Jika seseorang, misalnya, mengancam akan membunuh Anda, tetapi karena Anda tidak percaya bahwa orang itu dapat membunuh Anda, mungkin karena keberaniannya tidak cukup, maka Anda tidak akan takut atau terpengaruh dengan ancamannya.

Demikianlah selanjutnya. Kita percaya kepada setiap orang yang dapat merealisasikan semua pikirannya, ucapannya, dan rencananya. Jika orang-orang seperti itu mengarahkan perhatian dan pikirannya pada satu titik, maka kita akan segera percaya kalau ia pasti akan melakukan tindakan tertentu dalam masalah itu.

Orang-orang yang bertekad baja selalu menyebarkan kepastian, keyakinan, kepercayaan, dan ketenangan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebab, di sana tidak ada kebohongan, tidak ada penyimpangan, tidak ada kata mundur, tidak ada keraguan, tidak ada rasa takut, dan tidak ada kelemahan. Tekad yang kuat menggabungkan unsur keyakinan dan keberanian, kepastian dan keteguhan, serta kepercayaan dan ketegaran. Itu semua merupakan simbol kekuatan karakter yang membuat, atau bahkan dapat memaksa orang lain tunduk dan bersedia diatur. Karena itu, tekad yang kuat dan membaja adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

SUMBER TEKAD
Dalam kehidupan sosial, kita dapat menyaksikan perbedaan kepribadian yang dibentuk yang disebabkan dari perbedaan kekuatan dan kelemahan tekad. Maka, muncul beberapa pertanyaan. Apakah tekad merupakan karunia yang diberikan kepada orang-orang tertentu saja, atau ia merupakan kekuatan perolehan yang dapat dimiliki oleh setiap orang? Dari manakah tekad itu terbentuk? Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk dapat memiliki tekad yang kuat?

Tekad merupakan kondisi kejiwaan yang dibentuk oleh banyak faktor, dan karenanya merupakan kekuatan perolehan yang dapat dimiliki oleh setiap orang. Faktor-faktor pembentuk tekad merupakan aspek-aspek yang dapat dianalisa, dan setiap orang dapat melatih dirinya untuk memilikinya. Adapun faktor- faktor yang membentuk tekad adalah sebagai berikut.

1. Obsesi

Tekad adalah energi atau power yang muncul ke permukaan jiwa sebagai respon atas rangsangan gagasan tertentu, dan yang menjadi obsesi atau cita-cita yang ingin kita raih. Obsesi atau cita-cita itu dapat dibentuk oleh pehamanan keagamaan, idealisme kemanusiaan, ideologi dan falsafah hidup, atau bahkan insting kebinatangan dalam diri kita.

Obsesi merupakan proses visualisasi dari tujuan tertentu dalam hidup kita. Supaya ia mempunyai daya rangsang yang kuat, obsesi selalu disertai dengan pembenaran-pembenaran yang menimbulkan kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran, kesucian, dan keluhurannya. Dengan cara demikian, obsesi merasuk dalam jiwa dengan kuat dan membangkitkan secara berturut-turut perhatian, minat, keinginan, kemauan, dan akhirnya tekad.

Namun, kuat dan tidaknya tekad yang muncul dalam jiwa akan sangat ditentukan oleh beberapa kenyataan yang melingkupi obsesi tersebut, yaitu sebagai berikut:

Seberapa benarkah obsesi itu, jika dipandang dari sudut pemahaman keagamaan atau falsafah hidup yang dianut oleh seseorang, sehingga ia tidak ragu untuk meraihnya?
Seberapa jelaskah obsesi itu tervisualisasikan dalam kesadaran batin seseorang, sehingga obsesi tersebut menimbulkan kepastian dan keterarahan?
Seberapa tinggikah obsesi itu, jika diukur dengan kemampuan, waktu, dan lingkungan hidup seseorang untuk meraihnya, sehingga obsesi tersebut dapat menyedot seluruh perhatian, tenaga, waktu dan seluruh potensinya?

Adapun kaidah tekad mengatakan sebagai berikut:

Semakin benar sebuah obsesi dalam pandangan keagamaan atau falsafah hidup seseorang, semakin yakin ia untuk merebutnya.
Semakin jelas sebuah obsesi tervisualisasi dalam kesadaran batin seseorang, semakin kuat obsesi itu mengarahkan langkahnya untuk meraihnya.
Semakin tinggi obsesi itu dipandang dari sisi keluhuran, semakin kuat dorongan untuk meraihnya, dan semakin kuat fokus seseorang ke obsesi tersebut. Sebab, waktu dan tenaga yang ia miliki tidak akan cukup untuk meraih obsesi tersebut, kecuali jika ia benar-benar membaktikan seluruh hidupnya untuk itu.

Jadi, kebenaran, kejelasan, dan ketinggian obsesi merupakan sumber tekad yang kuat; telaga dimana tekad menemukan kekuatan dan vitalitasnya. Obsesi yang salah akan melahirkan kesalahan, dan obsesi yang absurd akan melahirkan kegamangan. Sementara itu, obsesi yang terlalu sederhana tidak akan melahirkan energi jiwa yang bernama tekad. Karena itu, agar obsesi dapat melahirkan tekad yang kuat, maka ia harus benar, jelas, dan tinggi.

2. Cinta

Tekad juga dibentuk oleh minat dan cinta yang mendalam terhadap sesuatu. Jika kita mencintai pekerjaan atau profesi kita secara mendalam, maka kita akan merasakan tekad yang kuat untuk melakukannya. Minat dan cinta terhadap sesuatu lahir dari kesadaran akan manfaat yang ada di balik sesuatu itu. Misalnya, cinta seorang mujahid terhadap peperangan. Cinta ini ditimbulkan oleh kesadarannya akan pahala berjihad, yang di antaranya adalah bonus berupa tujuh puluh dua bidadari di surga untuk mereka yang mati syahid. Misalnya lagi, jika seorang karyawan mendapatkan janji bonus untuk setiap prestasi yang ia raih, maka ia akan bekerja keras untuk mencapai prestasi tersebut.

Di sisi lain, kesadaran akan mudharat dan bahaya yang kita akan dapatkan jika kita tidak melakukan suatu pekerjaan atau sebaliknya, meninggalkan suatu pekerjaan, juga akan membangun minat dan cinta yang mendalam terhadap pekerjaan tersebut-atau sebaliknya, kekuatan untuk meninggalkannya. Misalnya, ancaman neraka untuk setiap perbuatan dosa akan mempunyai daya cegah bagi seseorang untuk berbuat dosa. Misalnya lagi, ancaman PHK untuk karyawan yang tidak berprestasi akan mendorong ia untuk memaksakan dirinya untuk dapat berprestasi.

Bidadari untuk para mujahid, atau bonus untuk para karyawan, adalah manfaat yang terbayangkan dan tervisualisasi. Kesenangan-kesenangan yang merupakan manfaat yang tervisualisasi itu tidak selalu harus bersifat materi. Dalam banyak hal, ia juga bisa berupa kepuasan jiwa, seperti kemasyhuran, atau kepuasan aktualisasi diri, atau yang lainnya.

Demikian juga sebaliknya, neraka dan PHK adalah mudharat dan bahaya yang tervisualisasi dalam kesadaran batin. Penderitaan-penderitaan yang merupakan mudharat atau bahaya tidak selalu bersifat fisik dan materi. Dalam banyak hal, ia bisa juga merupakan penderitaan jiwa, seperti keterhinaan, perasaan tidak berharga, perasaan tidak bermanfaat, penolakan sosial, keterasingan, ketertindasan, dan lainnya.

Dengan demikian, Anda dapat membangun tekad yang kuat dengan menggunakan instrumen cinta, yaitu dengan cara menuliskan secara definitif semua manfaat dan mudharat dari sebuah pekerjaan.

FAKTOR PENDUKUNG

Selain kedua unsur yang membentuk tekad tersebut, masih ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi dan mendukung penguatannya.

1. Ketenangan

Ketenangan adalah indikator keutuhan, integritas, keseimbangan dan kestabilan emosional serta pengendalian diri yang baik. Tekad adalah tenaga jiwa yang terkumpul dalam kondisi keseimbangan dan kestabilan itu. Jadi, ketenangan merupakan prakondisi kejiwaan yang diperlukan untuk membangun tekad yang kuat dalam diri kita.

Membangun tekad adalah sebuah proses pengumpulan segenap energi dan tenaga jiwa yang kita miliki. Hal tersebut merupakan proses kejiwaan yang relatif rumit, namun tetap bisa dilakukan, selama prakondisi kejiwaan kita memberi peluang untuk itu.

Setiap usaha membangun tekad yang kuat harus selalu dimulai dengan menciptakan prakondisi kejiwaan yang baik, yaitu dengan menciptakan ketenangan jiwa. Untuk itu, kita harus melakukan dua hal.

Pertama, Menjaga agar suasana jiwa kita dalam kondisi yang enak dan nyaman, dengan cara memproteksinya dari berbagai gangguan emosi, seperti marah, sedih, takut, dendam, dan yang lainnya. Setiap gangguan emosi yang kita alami akan berdampak negatif pada keseimbangan jiwa kita. Gangguan emosi itu dapat menciptakan kekacauan jiwa, membuyarkan konsentrasi, dan melemahkan kemampuan pengendalian diri kita. Secara keseluruhan, setiap gangguan emosi yang kita alami akan mengurangi tingkat ketenangan jiwa kita.

Kedua, Menjauhkan diri kita dari berbagai perilaku dan kebiasaan yang dapat mengeruhkan suasana jiwa kita, seperti banyak bicara, sikap usil, dan kebiasaan melakukan sesuatu untuk mencari perhatian orang lain. Perilaku dan kebiasan itu berdampak negatif bagi suasana jiwa kita. Sebab, di samping menyedot banyak energi jiwa seperti kebiasaan banyak bicara dan usil, ia juga berpotensi menciptakan ketergantungan jiwa pada orang lain, seperti kebiasaan mencari perhatian orang lain, serta berpotensi menciptakan konflik dan merusak hubungan personal dengan orang lain.

2. Konsentrasi

Konsentrasi adalah kemampuan memusatkan perhatian dan pikiran kepada sesuatu. Perhatian dan pemikiran yang tertuju kepada satu titik secara psikologis akan membantu proses pengumpulan energi dan tenaga jiwa yang kita perlukan untuk melakukan segala sesuatu yang terkait dengan pencapaian titik sasaran tersebut. Sebaliknya, konsentrasi yang terpecah akan menyulitkan proses pengumpulan energi dan tenaga jiwa tersebut.

Selain membantu dalam proses pengumpulan energi dan tenaga jiwa, konsentrasi juga membantu mempercepat penguasaan kita terhadap sesuatu. Melalui suatu proses internal yang kompleks, konsentrasi akan membantu membangun rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu.

Jadi, selain ketenangan jiwa yang berfungsi seperti landasan pacu yang baik untuk take off, konsentrasi merupakan saat-saat pemadatan dan maksimalisasi tenaga pendorong pada mesin yang akan mendorong kita melakukan take off.

Untuk mencapai sebuah cita-cita yang tinggi, atau sebuah obsesi yang besar, atau apa pun keinginan yang hendak kita wujudkan dalam hidup, maka kita harus mengerahkan segenap perhatian, waktu, dan tenaga yang kita miliki kepada cita-cita, obsesi dan keinginan tersebut, dan berhenti memikirkan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan hat itu. Sebab, kita tidak punya banyak waktu dan tenaga untuk melakukan banyak hal, atau mencapai banyak hal sekaligus. Konsentrasi merupakan tindakan penghematan dan efisiensi besar-besaran dalam penggunaan waktu dan tenaga yang kita miliki.

3. Keteraturan

Tekad juga dipengruhi oleh pola dan gaya hidup kita. Dikarenakan tenaga yang kita miliki sangat terbatas, maka cara kita mengeluarkan dan menggunakannya, yang tergambar dalam rota dan gaya hidup kita, akan sangat menentukan efektivitas setiap tenaga yang kita gunakan dalam mencapai sasaran yang kita tuju.

Pola hidup yang teratur adalah upaya untuk menciptakan irama hidup yang baik dan harmonis. Keteraturan itu menyalurkan tenaga kita secara efektif pada seluruh pekerjaan yang harus kita lakukan secara seimbang dan proporsional.

Sebaliknya, kehidupan yang kacau dan tidak teratur akan menyebabkan terjadinya pemborosan tenaga atau inefisiensi, dan mengurangi tingkat efektivitas dari setiap tenaga yang kita keluarkan. Akibatnya, kita akan merasakan bahwa tenaga yang kita miliki tidak pernah cukup untuk mencapai sasaran kita.

Selain itu, pola hidup yang teratur juga membantu menciptakan ketenangan jiwa, sebuah prakondisi yang mutlak dibutuhkan untuk mengumpulkan energi jiwa dalam bentuk tekad yang kuat.

VIRUS-VIRUS TEKAD

1. Marah

Marah, untuk sebagian besar tujuannya, merupakan isyarat lepasnya keseimbangan jiwa dan hilangnya pengendalian diri. Marah merupakan gangguan emosi yang paling merusak ketenangan dan kenyamanan suasana jiwa, membuyarkan konsentrasi, mengeruhkan kejernihan pikiran, mengurangi fungsi akal, dan menyedot sangat banyak energi jiwa.

Oleh karenanya, kita membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan suasana jiwa dan pikiran kita, serta mengembalikannya kepada kondisi keseimbangannya, setelah kemarahan kita reda. Seandainya Anda marah ketika sedang bekerja, maka Anda akan membutuhkan waktu yang lama untuk menormalkan kembali suasana jiwa Anda untuk dapat bekerja kembali dengan semangat, kenyamanan, dan konsentrasi yang tinggi.

Maka, tidak heran apabila Rasulullah saw mengeluarkan puluhan hadits khusus mengenai sifat marah ini. Salah satu di antaranya adalah hadits beliau yang mengatakan, "Jangan marah, jangan marah, dan jangan marah, supaya kamu dapat masuk surga. "

Maka, upaya untuk membangun ketenangan jiwa sebagai faktor pendukung penguatan tekad, harus selalu dimulai dari peningkatan kemampuan menahan marah dan mengendalikan diri saat marah.

2. Banyak Bicara

Sama halnya dengan marah, banyak bicara juga merupakan kebiasaan buruk yang menunjukkan ketidakseimbangan jiwa dan ketidakstabilan emosi. Banyak bicara juga menyedot banyak energi jiwa, mengurangi kemampuan konsentrasi, dan sangat melelahkan jiwa.

Selain itu, orang-orang yang banyak bicara juga mengurangi respek orang lain terhadap dirinya. Orang-orang yang banyak bicara lebih sering tampak egois, kurang bijak, tidak bisa berempati dengan orang lain, sulit mendengar lawan bicara, dan menguasai forum dengan cara yang kurang etis.

Diam adalah emas, adalah satu petuah bijak yang menjelaskan hakikat ini. Dengan diam, kita menjaga kenyamanan suasana jiwa kita, membangun respek orang lain, menghemat energi jiwa, dan memperkokoh posisi kita dalam pergaulan.

3. Sikap Usil

Yang dimaksud dengan sikap usil adalah kebiasaan memanjakan rasa ingin tahu kita terhadap urusan-urusan orang lain. Kita terlibat secara ”sukarela” dalam urusan orang lain tanpa permintaan dari orang yang bersangkutan, atau melakukan suatu pekerjaan sekadar iseng dan menghabiskan waktu, atau memanjakan hobi tertentu yang tidak berhubungan dengan pencapaian tujuannya.

Usil adalah kebiasaan buruk yang menunjukkan pelakunya sedang mengalami kekosongan jiwa, tidak percaya diri, hidup yang tidak padat, dan cenderung tidak terencana. Orang-orang usil berusaha untuk menyenangkan dirinya dengan cara yang tidak menyenangkan orang lain. Sebab, pada umumnya, mereka tidak disenangi dalam pergaulan sehari-¬hari.

Sikap usil dianggap sebagai kebiasaan buruk. Hal ini dikarenakan seseorang melakukan suatu pekerjaan, yang sudah tentu menyedot banyak perhatian dan energinya, yang sebenarnya tidak berhubungan dengan proses pencapaian tujuannya. Selain itu, sikap usil juga mudah menimbulkan pertengkaran dan konflik.

Sikap usil merupakan sebentuk pemborosan energi, mengurangi ketenangan jiwa, dan berpotensi merusak hubungan personal. Karena itu, sikap usil dianggap sebagai virus kepribadian yang harus diperangi dalam proses pembangunan dan penguatan tekad.

4. Suka Disanjung dan tidak Tahan Kritik

Sanjungan dan kritik adalah dua hal yang bisa melumpuhkan kita, jika ia tidak disikapi dengan benar. Sanjungan bisa membuat orang merasa puas dengan dirinya, mencintai dirinya secara berlebihan (narsisme), dan secara perlahan menghilangkan semangatnya untuk terus berkarya. Sebaliknya, kritik bisa membuat orang grogi dan tidak percaya diri, merasa bersalah secara berlebihan, kehilangan perasaan berharga, patah semangat, dan kehilangan selera melanjutkan pekerjaannya.

Tujuan-tujuan besar, atau pekerjaan-pekerjaan besar, biasanya dilakukan dan diselesaikan dalam waktu yang lama, dan secara diam-diam. Maka, tantangan paling berat yang menguji kekuatan tekad seseorang adalah suasana diam, sunyi dan sepi, tempat dimana ia akan menghabiskan waktu dan tenaganya untuk melakukan pekerjaannya. Jika Anda tergantung pada sanjungan orang lain untuk sumber semangat dan motivasi Anda, maka Anda tidak akan menemukannya dalam kesunyian itu.

Karena itu, langkah-langkah dan karya-karya besar, biasanya tidak tergantung pada dua hal tersebut. Hal ini disebabkan langkah-langkah dan karya-karya besar tidak hanya menimbulkan kekaguman, tetapi juga menimbulkan kontroversi dan kritik. Maka, tantangan paling berat yang menguji kekuatan tekad seseorang adalah saat dimana ia tetap harus bekerja dan berkarya di tengah penolakan orang lain, pelecehan lingkungan, dan kritik-kritik tajam yang ditujukan kepadanya. Jika rasa percaya diri Anda bersumber dari pengakuan dan penerimaan orang lain, maka tekad Anda akan lumpuh pada benturan kritik pertama.

Oleh karena itu, proses pembangunan dan penguatan tekad mengajarkan kita untuk bersikap secara wajar terhadap sanjungan dan kritik. Sesungguhnya, yang paling mengerti diri kita, tujuan kita, obsesi kita, keinginan kita, langkah kita, adalah kita sendiri. Maka, sanjungan tidak boleh membuat kita merasa puas, dan sebaliknya, kritik tidak boleh melumpuhkan pertahanan dan rasa percaya diri kita. Sanjungan dan kritik harus disikapi secara objektif. Kita tidak boleh menggantungkan semangat, motivasi, dan rasa percaya diri kita pada keduanya. Kita tidak boleh lengah karena sanjungan, dan tidak boleh jatuh karena kritik.

LANGKAH-LANGKAH APLIKASI

1. Rumuskan Obsesi Hidup.

Jika tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah SWT, dan sasarannya adalah memperoleh keridhaan-Nya, serta targetnya adalah meraih surga-Nya yang tertinggi, maka rumuskanlah sebuah amal unggulan yang akan Anda persembahkan kepada Allah SWT, dan mengantar Anda meraih ridha dan surga- Nya.

Amal unggulan itu terkait dengan peran yang ingin Anda lakoni dan dengan karya monumental yang ingin Anda lakukan dalam peran tersebut. Misalnya, jika Anda memilih peran kepemimpinan, maka karya kepemimpinan apakah yang paling monumental yang ingin Anda persembahkan dalam hidup Anda?

Amal unggulan itu harus dirumuskan melalui suatu proses perenungan yang panjang, pemetaan yang tepat dan objektif terhadap potensi diri, dan pemilihan yang akurat terhadap pusat keunggulan pribadi, sehingga ia benar-benar realistis dan terdukung dengan kuat oleh pusat keunggulan pribadi tersebut.

Jadikanlah amal unggulan itu sebagai obsesi hidup Anda, sebagai sebuah karya monumental yang Anda wariskan bagi sejarah kemanusiaan, yang menjadi jejak abadi hidup Anda dalam sejarah, dan sebagai persembahan hidup yang akan mengantar Anda mencapi ridha dan surga-Nya.

Sebagai sebuah obsesi hidup, hendaklah amal unggulan itu amat besar dan tinggi, serta sangat terang dan jelas, sehingga ia akan menyedot seluruh waktu, tenaga, dan pikiran Anda tanpa menyisakannya sedikit pun juga; sehingga ia akan menjadi kekuatan yang mengarahkan seluruh perjalanan hidup Anda.

2. Bekerja dengan Motivasi Tinggi.

Hadirkanlah obsesi hidup Anda setiap saat dalam kesadaran Anda. Biarkan ia memenuhi rongga dada Anda, biarkan ia mengisi segenap ingatan Anda, dan biarkan ia menjadi bara jiwa Anda yang akan membakar seluruh tubuh Anda.

Jadikanlah obsesi itu sebagai pusat kehidupan Anda. Pusatkanlah konsentrasi Anda untuk mewujudkan obsesi itu sepenuhnya. Tidak ada satu pun yang Anda lakukan, yang tidak berhubungan dengan obsesi tersebut. Sebab, Anda tidak punya cukup waktu, tenaga dan pikiran untuk yang lain. Bahkan, waktu, tenaga dan pikiran yang sekarang Anda miliki, mungkin tidak cukup untuk mencapai obsesi Anda secara sempuma dan tepat waktu.

Kemudian, tulislah sebanyak mungkin manfaat yang akan Anda peroleh jika obsesi itu terealisir, dan sebanyak mungkin mudharat yang akan Anda hadapi jika obsesi itu tidak terealisir. Misalnya, manfaat berupa kenikmatan surga dan mudharat berupa siksa neraka. Ingatlah manfaat dan mudharat itu setiap saat, agar minat dan cinta Anda terhadap obsesi tersebut -beserta seluruh pekerjaan yang Anda harus lakukan untuk mewujudkannya- selalu kuat. Bangunlah minat dan cinta itu sedemikian rupa, agar ia menjadi kuat, mendalam, dan memiliki tenaga untuk menimbulkan "kegilaan" dalam bekerja.

Bangunlah semangat kepahlawanan (spirit of heroisme) dalam diri Anda dengan cara mencari inspirasi kepahlawanan dari para pahlawan yang pernah ada dalam sejarah. Bacalah sejarah hidup mereka, dan berusahalah untuk menemukan rahasia-rahasia kepahlawanan mereka, sisi-sisi kepahlawanan mereka, serta kesamaan-kesamaan antara Anda dengan mereka.

Buatlah perencanaan yang detil dan realistis untuk mewujudkan obsesi itu. Obsesi hidup itu harus didistribusikan dalam tahapan-tahapan waktu, dan dengan unit-unit pekerjaan yang jelas pada setiap tahapnya. Kerahkanlah seluruh waktu, perhatian, dan tenaga Anda untuk melakukan rencana-rencana itu, dan jangan pernah melakukan sesuatu di luar rencana tersebut.

Rutinitas adalah sebuah keharusan. Namun, rutinitas yang produktif adalah rutinitas yang merupakan unit-unit pekerjaan yang harus Anda lakukan, dalam waktu yang lama, dan bersifat terus menerus, sebagai bagian dari proses pencapaian obsesi hidup Anda.

Jika suatu saat Anda sedang melakukan pekerjaan yang telah Anda rencanakan, dan dari kejauhan Anda menyaksikan orang-orang sedang bermain dan bersantai, mungkin menonton televisi atau makan-makan atau sedang ngobrol, maka Anda pasti akan merasakan godaan yang kuat untuk ikut bersama mereka. Kebiasaan Anda memenuhi atau menolak godaan itu akan menentukan seperti apa masa depan yang akan Anda alami. Jika Anda terbiasa memenuhinya, maka sesungguhnya Anda sedang menulis kegagalan Anda. Sebaliknya, jika Anda terbiasa menolaknya, maka sesungguhnya Anda sedang mencatat kemenangan dan kesuksesan Anda. .

3. Jaga Ketenangan dan Stabilitas Emosi

Emosi kita sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik kita. Setiap penyakit yang kita derita akan membawa gangguan emosi tertentu dalam diri kita. Karena itu, bebaskanlah diri Anda dari berbagai penyakit dan gangguan kesehatan, khususnya yang terkait dengan fungsi-fungsi pernafasan, pencernaan, dan peredaran darah (paru-paru, jantung, ginjal dan usus). Jagalah berat badan Anda dalam kondisi keseimbangan, lakukan olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup.

Tidur yang cukup dan nyenyak sangat membantu menciptakan keseimbangan emosional membuat suara lebih nyaring, pikiran lebih segar dan jernih, konsentrasi lebih kuat, dan tatapan mala lebih tajam. Tidurlah minimal empat jam, dan maksimal delapan jam sehari. Pelajarilah cara tidur yang benar untuk menjamin kualitas tidur yang baik.

Hindarilah berbagai ucapan, tindakan, dan kebiasaan yang dapat memancing kemarahan Anda atau kemarahan orang lain. Lawanlah setiap kemarahan yang hendak meledak dalam diri Anda dengan cara sebagai berikut:

1.    Alihkan pikiran Anda dari objek yang membuat Anda marah.
2.    Tariklah nafas dalam-dalam lalu buang secara perlahan.
3.    Ingatkan diri Anda untuk mengendalikan diri.
4.    Ubah posisi tubuh Anda saat akan marah dengan duduk, atau berjalan, atau yang lainnya.
5.    Berwudhu dan lakukanlah shalat dua rakaat.
6.    Bayangkanlah, betapa buruknya wajah yang merah padam dan leher yang membengkak jika Anda sedang marah.
7.    Bayangkanlah, betapa banyak energi yang akan Anda keluarkan untuk "melayani" permintaan angkara murka Anda.

Perbanyaklah diam, sebab dalam diam, proses berpikir Anda terus berjalan. Mendengarlah lebih banyak, sebab dengan mendengar, maka lawan bicara Anda akan merasakan kesenangan batin yang luar biasa dan semangat untuk terus berbicara, sehingga ia akan respek dan senang kepada Anda. Jangan berbicara kecuali untuk kebaikan atau untuk keperluan yang jelas.

Jika harus berbicara, maka berbicaralah ala kadarnya, secukupnya, tanpa melebih-lebihkan. Gunakanlah bahasa yang jelas dan ringkas, sehingga pesan Anda tersampaikan dengan cara yang berbobot. Jangan berbicara terlalu cepat, terlalu bersemangat, atau terlalu keras. Jangan terlalu banyak mengobrol, dan hindarilah obrolan kosong yang tidak bermanfaat, atau sekadar membunuh waktu.

Biasakanlah untuk bersikap dingin -sedingin-dinginnya-, terhadap setiap provokasi dari lingkungan Anda, baik berupa ucapan yang keluar, menyakitkan, dan menyinggung, atau ucapan yang mengundang kegaduhan dan hiruk pikuk, maupun tingkah laku yang menyebalkan dan menjengkelkan, atau sindiran dan pelecehan, atau perlakuan yang meremehkan dan menghina serta mempermalukan. Jika Anda menghadapi hal-hal seperti itu, maka diamlah sejenak, tarik nafas dalam-dalam, dan keluarkan secara perlahan, lalu berusahalah untuk melupakannya dan kembali ke pekerjaan Anda.    .

Biasakanlah untuk bersikap dingin -sedingin-dinginnya-, dan tegar -¬setegar-tegarnya- terhadap setiap musibah, bencana, kegagalan, dan kekalahan, yang datang tiba-tiba dan mendadak, yang mungkin dapat mengguncang hidup Anda. Pertahankanlah ketenangan dan keseimbangan emosi Anda. Jangan kaget dan bereaksi secara fisik dalam bentuk apa pun ketika Anda baru saja mendengamya, diamlah sejenak dan tariklah nafas dalam-dalam, lalu keluarkan secara perlahan. Kembalilah kepada kesadaran dan akal Anda. Setelah itu, mulailah menganalisa masalahnya secara objektif dan rasional. Berusahalah menemukan kemungkinan terburuknya, lalu kaitkan hal itu dengan proses pencapaian tujuan dan obsesi hidup Anda, lalu kumpulkanlah segenap keberanian Anda dan siapkanlah diri Anda untuk menghadapinya dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT. Yakinlah, bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak dan pengetahuan Allah SWT, dan tidak ada juga yang dapat menolak segala sesuatu yang telah ditakdirkan Allah SWT. Akan tetapi, yakinlah pada kehendak baik (goodwill) Allah SWT terhadap diri Anda.

Biasakanlah bersikap dingin -sedingin-dinginya-, dan tenang -setenang¬tenangnya-, dalam menghadapi kritik orang lain. Dengarkanlah setiap kritik dengan baik dan tenang, tetapi yakinkan juga diri Anda bahwa tidak semua kritik itu benar adanya. Jangan mudah terpengaruh dengan kritik orang lain. Bahkan, untuk sebagian besarnya. Anda mungkin harus bersikap sedikit "kepala batu". Jangan menunjukkan persetujuan atau penolakan terhadap kritik itu, sebelum Anda benar-benar menganalisanya secara objektif dan mendalam. Jika kritik itu benar, maka Anda harus menerimanya secara sadar dan berlapang dada, tanpa harus merasa terhina.

Jika Anda hendak melakukan sesuatu, maka lakukanlah hal tersebut karena Anda memang merencanakan melakukannya. Jangan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal tertentu di luar perencanaan Anda. Hindarilah berbagai bentuk ucapan dan tindakan yang lahir dari reaksi¬-reaksi spontan, tiba-tiba, dan mendadak. Sebab, sebagian besar kesalahan ucapan dan tindakan yang kita lakukan bersumber dari kebiasaan tersebut.

Jangan pernah melakukan sesuatu sekadar untuk mencari perhatian orang lain. Misalnya, dengan melakukan tindakan-tindakan lucu, atau ucapan¬-ucapan yang nyeleneh, hanya sekadar untuk membuat orang lain tertawa dan senang.

Jangan biasakan diri Anda untuk mencampuri urusan orang lain, baik dengan cara memanjakan rasa ingin tahu terhadap urusan mereka, atau dengan cara membicarakan urusan mereka, atau pun terlibat dengan urusan mereka, kecuali jika hal itu merupakan kebaikan yang Anda rencanakan untuk mereka, dan atas izin mereka.

Jangan pernah membiarkan dendam, cemburu, dan iri hati menjadi sumber dorongan jiwa untuk melakukan tindakan tertentu dalam hidup Anda. Biasakanlah memaafkan dan melupakan semua kesalahan yang pernah dilakukan orang lain terhadap Anda.

Latihan pernafasan yang sederhana akan sangat membantu ketenangan dan stabilitas emosi Anda. Pada waktu tertentu, sebaiknya Anda melakukan latihan pernafasan itu di tepi pantai, karena angin laut mempunyai banyak khasiat untuk kesehatan fisik.

Ketenangan bukan apatisme, sikap masa bodoh, cuek, dan tidak peduli. Akan tetapi, ketenangan adalah kesadaran jiwa yang terjaga sepanjang waktu. Ketenangan seperti riak di permukaan laut, namun di bawahnya tersimpan gelombang yang dahsyat. Ketenangan bak bara dalam sekam, dan magma yang membara dalam perut gunung merapi. Orang yang tenang menutupi gelora, semangat, antusiasme, tekad dan keberaniannya di balik senyumnya yang manis dan teduh.

Buatlah sebuah potret diri dalam imajinasi Anda, tentang diri Anda sendiri. Anda yang selalu tampak tenang; bekerja dalam diam dan penuh kesungguhan; berjalan dengan mantap dan senantiasa tersenyum; menatap dengan sorotan mata yang tajam; berbicara dengan keyakinan penuh dan dengan bahasa yang jelas dan sederhana; tampil dengan pakaian yang necis dan rapih, disertai rasa percaya diri, optimisme, kegembiraan, ketegaran, dan keberanian yang penuh; berpikir pada kisaran obsesi hidupnya; berpandangan jauh ke depan; menyimpan kebijakan dan kearifan; selalu bersikap rasional dan realistis; serta elegan dan terhormat. Anda pasti menyukai potret diri itu.

4. Tingkatkanlah Kemampuan Konsentrasi Anda.

Adalah penting bekerja sesuai dengan perencanaan yang telah kita susun. Namun, jauh lebih penting untuk tidak tergoda melakukan sesuatu di luar perencanaan. Bersikaplah tegar terhadap godaan seperti itu.

Setiap rencana yang Anda susun harus selalu tertulis. Jangan biasakan membuat perencanaan dengan mengandalkan memori Anda.

Kendalikanlah pikiran-pikiran Anda untuk selalu berada pada kisaran rencana-rencana yang telah Anda susun.

Latihlah diri Anda untuk tetap dapat bekerja secara serius dalam suasana apa pun juga, dan dengan ketenangan yang penuh, tanpa merasa terganggu dengan semua yang berlangsung di sekitar Anda.

Berlatihlah untuk memikirkan satu masalah dalam waktu lama, secara terus menerus, tanpa terpengaruh oleh apa pun yang terjadi di sekitar Anda. Lakukanlah dengan cara sebagai berikut:

Duduklah di atas sebuah kursi yang cukup empuk dan nyaman.

Pikirkanlah satu tema atau masalah tertentu.

Teruslah memikirkannya sampai Anda benar-benar larut dan tenggelam dalam pemikiran itu.

Bayangkanlah babwa Anda berada pada sebuah dunia yang lain, sehingga Anda sama sekali tidak mendengar suara-suara yang ada di sekitar Anda, meskipun Anda mendengarnya.

Bayangkanlah bahwa Anda berada pada sebuah dunia yang lain, sehingga Anda sama sekali tidak melihat pemandangan yang ada di sekitar Anda, meskipun Anda melihatnya.

Nikmatilah suasana larut dan tenggelam di dalamnya sedemikian rupa, sehingga Anda lupa akan kondisi fisik Anda, seperti lapar dan haus.

Sekarang, muncullah ke permukaan kesadaran Anda kembali, setelah menemukan mutiara yang Anda cari.

Tingkatkan ketajaman sorot mata Anda. Latihlah mata Anda untuk dapat melihat satu objek tanpa berkedip dalam waktu lama. Jumlah kedipan mata adalah indikator konsentrasi dan kestabilan jiwa. Orang yang tidak konsentrasi, atau sedang terguncang, cenderung berkedip lebih sering.

Latihan ini dapat dilakukan di tepi pantai, atau di tengah lapangan terbuka di malam pumama, dengan menatap satu bintang secara terus menerus dalam waktu lama, tanpa berkedip. Latihan ini juga dapat dilakukan dengan menulis sebuah bulatan titik pada selembar kertas, kemudian disimpan dalam jarak pandang tertentu, mungkin satu atau dua meter, lalu kita fokuskan mata ke arahnya secara terus menerus dalam waktu lama, tanpa berkedip. Bila Anda dapat melawan keperihan mata yang biasanya disertai dengan air mata di atas satu menit, maka sorot mata Anda akan menajam dan menguat serta stabil. Latihan ini bukan saja berguna untuk menguatkan dan menajamkan sorotan mata, tetapi juga membantu peningkatan kemampuan konsentrasi, kepercayaan diri, dan keberanian jiwa.

5. Pertahankanlah Optimisme dan Kegembiraan Jiwa Anda.

Tanamkanlah sebuah doktrin dalam diri Anda, bahwa setiap kebaikan yang kita niatkan atau rencanakan akan difasilitasi oleh Allah SWT¬ dengan cara-Nya sendiri untuk menjadi kenyataan dengan mudah.

Jangan pernah memikirkan, membayangkan, dan mengingat berbagai hal yang menakutkan, mencemaskan, dan menyedihkan. Sebab ketakutan, kecemasan, dan kesedihan adalah sumber kelumpuhan jiwa.

Hindarilah berbagai sikap melankolik dan romantisme terhadap masa lalu. Selain dari pelajaran yang harus Anda petik dari masa lalu, tidak ada lagi manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengingat masa lalu itu. Karena itu, lupakanlah segala hal yang menyedihkan dari masa lalu, dan bersikaplah rasional terhadapnya.

Jika Anda menghadapi masa depan yang tidak pasti dan penuh tantangan berat, maka jangan biarkan kecemasan itu mendera batin Anda. Percayalah hanya kepada dua hal; rencana Anda dan takdir Allah SWT. Dengan cara itu, Anda dapat mempertahankan keberanian jiwa Anda.

Berusahalah untuk senantiasa tersenyum dalam segala situasi, dan selalu bergembira dalam semua keadaan. Bersikaplah fleksibel terhadap berbagai tekanan hidup yang Anda alami, agar tekanan hidup itu tidak sampai merampas kegembiraan jiwa Anda. Sebab, kegembiraan jiwa merupakan salah satu sumber energi yang kita perlukan untuk dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah kita rencanakan.

Perbaikilah penampilan fisik Anda. Berusahalah untuk tampil gagah dan elegan. Pakailah pakaian-pakaian dengan warna-warna yang kuat, teduh, dan cerah. Sebab, penampilan kita, atau pakaian yang kita pakai pada suatu hari, akan mempengamhi emosi kita pada hari itu. Hindarilah untuk berpakaian yang kusut masai, seadanya, sekenanya, atau terlalu sederhana dengan warna-warna gelap atau mati, karena itu akan mewariskan rasa pesimisme.

Percayalah kepada kemampuan Anda untuk mewujudkan rencana-rencana Anda. Jangan pernah membiarkan kegagalan mencabut rasa percaya diri Anda, atau bahkan sekadar menguranginya.

Lakukanlah rekreasi secara berkala untuk menyegarkan kembali semangat hidup Anda dan mencegah kebosanan akibat rutinitas yang panjang. Hal ini diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan emosional dan mempertahankan kegembiraan jiwa Anda. Ada banyak bentuk rekreasi, tetapi yang terbaik di antaranya ada dua: perjalanan wisata ke tempat-tempat baru, atau i'tikaf di daerah-daerah wisata yang bemuansa pegunungan atau laut.

Tebarkanlah optimisme dan kegembiraan jiwa ke lingkungan sekitar Anda, sebelum mereka menularkan pesimisme dan kesedihan jiwa mereka kepada Anda.

0 comments:

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

 
© Abu Fawwaz Offical WebBlog : SOOHOO21 , Offical Web : SOOHOO21
Template by : G-JO
;